Senin, 17 Januari 2022

Kriteria Pemeringkatan Siswa oleh Sekolah, Untuk Pendaftaran SNMPTN 2022

 



Sosialisasi SMAN 1 RANCAEKEK, Sekolah melakukan pengisian PDSS untuk SNMPTN & SNMPN 2022,  oleh Wakasek kurikulum/staf/BP.

berikut : kriteria pemeringkatan siswa yang harus dilakukan oleh sekolah. 

LTMPT telah mengumumkan jumlah kuota sekolah untuk pendaftaran SNMPTN 2022

Kemudian mulai tanggal 8 Januari 2022, sekolah harus mulai mengisi Pangkalan Data Siswa dan Sekolah.

Dalam mengisi PDSS, sekolah harus melakukan pemeringkatan siswa sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. 

Berikut kriteria pemeringkatan siswa yang harus dilakukan oleh Sekolah. 

Pemeringkatan siswa dilakukan oleh sekolah yang pada dasarnya memperhitungkan nilai mata pelajaran berikut ini:

Jurusan IPA : Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Kimia, Fisika, dan Biologi.

Jurusan IPS : Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Sosiologi, Ekonomi, dan Geografi.

Jurusan Bahasa : Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Sastra Indonesia, Antropologi, dan salah satu Bahasa Asing.  

Sekolah dapat menambahkan kriteria lain berupa prestasi akademik dalam menentukan peringkat siswa bila ada nilai yang sama.

Jumlah siswa yang masuk dalam pemeringkatan sesuai ketentuan kuota akreditasi sekolah. 

Tahapan pemeringkatan siswa oleh sekolah secara lengkap dapat dilihat pada informasi SNMPTN 2022 (diunduh di laman resmi LTMPT, https://www.ltmpt.ac.id).



Sabtu, 15 Januari 2022

Cara Memasang Background Zoom di HP Android dan iPhone



Platform video telekonferensi Zoom Meetings memiliki fitur untuk mengganti gambar latar belakang (background) saat video call. Dengan fitur ini, pengguna dapat tampil lebih rapi saat konferensi video.

Fitur bernama Virtual Background ini juga bisa digunakan di smartphone atau HP, baik Android maupun iOS.


Zoom menawarkan beberapa gambar latar belakang yang bisa dipilih oleh pengguna. Selain mengganti latar belakang dengan gambar, pengguna Zoom di Android juga bisa membuat background menjadi buram ala efek bokeh.

Lantas, bagaimana cara memakai background Zoom di ponsel atau HP? Berikut ini adalah langkah-langkahnya, sebagaimana 

Cek ketersediaan fitur Virtual Background

Sebelum memakai background di Zoom, pastikan ponsel Anda sudah kebagian fitur Virtual Background.

Cara memastikannya pun mudah. Anda hanya cukup mengunjungi situs web Zoom Meetings di tautan berikut https://zoom.us/signin. Kemudian log in dengan akun Zoom Anda.



Cara mengganti background video call Zoom di Android

Di halaman utama, buka menu pengaturan (Settings), lalu klik opsi "In Meeting (Advanced)". Ketika di-klik, nantinya akan muncul toggle "Virtual Background".


Jika sudah muncul, artinya Anda bisa menikmati fitur Virtual Background melalui aplikasi Zoom di smartphone Anda.


Cara memasang background Zoom di HP

Pertama, buka aplikasi Zoom melalui ponsel Anda (Android dan iOS)

Klik tombol "More" (ikon tiga titik), lalu pilih menu "Virtual Background" (Android) atau Background and Filters (iOS).

Kemudian, pilih latar belakang (background) yang disediakan oleh Zoom.



Cara mengganti background video call Zoom di Android Jika ingin memakai gambar sendiri, unggah dari galeri ponsel dengan cara meng-klik ikon +.

Background juga bisa diburamkan dengan memilih opsi "Blur".

Klik tombol "Close" yang terletak di pojok kanan bawah untuk menutup halaman "Virtual Background".

Secara otomatis, background Anda akan berubah sesuai gambar latar belakang yang Anda pilih tadi.


Demikian cara mengganti latar belakang (background) video call Zoom melalui smartphone Android. Selamat mencoba!


sumber buku komputer

Jumat, 14 Januari 2022

CARA MENJADI GURU YANG EFEKTIF

CARA MENJADI GURU YANG EFEKTIF

Bagaimana rasanya sudah berlelah-lelah mengajar, tapi kurang berdampak? Tidak mungkin kan guru mengajar hanya karena menggugurkan kewajiban; tak peduli berdampak atau tidak?

Dampak sebuah aktivitas itu diusahakan, tidak datang begitu saja. Guru yang ingin berdampak, punya rencana, bukan asal masuk kelas. Tentu saja dampak yang positif. Guru yang  memberi dampak positif, itulah guru yang efektif.

Supaya menjadi guru yang efektif, bagaimana caranya?

1. Bersenang-senang mengajar
Mengajar sudah menjadi bagian dari diri setiap guru; aktivitas yang pasti dilakukan selama menjadi guru. Oleh karena mengajar itu melekat pada profesi guru, tidak perlu kan dibuat rumit dan terasa payah? Lebih enak kan kalau dibuat jadi sederhana dan ringan dikerjakan.
Membuat jadi sederhana tidak sama dengan menurunkan kualitas. Bahkan, kalau mau efektif, justru harus mampu membuat lamgkah lebih sederhana. Jangan memperumit masalah yang sederhana.
Hal yang tidak rumit, tidak harus berpayah-payah menjalankannya, bisa mendorong munculnya rasa senang. Kesenangan dalam mengajar biasanya akan diikuti antusiasme. Nah, dengan antusiasme, ide-ide bisa berdatangan. Selain itu, orang yang antusias terlihat lebih menyenangkan. Coba saja menampilkan diri yang loyo, jangan kan orang lain, diri sendiri juga tidak suka melihatnya.
Kalau banyak tugas tambahan bagaimana? Ya nikmati saja. Mengeluh tidak membuat tugas berkurang atau jadi lebih ringan. Lebih baik kerjakan dengan sungguh-sungguh. Cari sesuatu yang menyenangkan dari tugas itu. Pasti ada.

2. Menyebarkan aura positif
Ketika akan masuk kelas, pastikan hati dan pikiran sudah fokus mengajar. Masalah rumah tangga, cicilan rumah, "Layangan Putus" yang belum selesai ditonotn, dan lain-lain tinggalkan dulu. Lupakan untuk sementara waktu. Mengajar berarti menyediakan diri sepenuhnya melayani murid.
Ini berarti guru masuk kelas tanpa membawa masalah sehingga langkahnya ringan, pancaran matanya optimis. Guru membawa aura positif. Nada bicara dan pilihan kata menunjukkan semangat, menampilkan guru yang percaya diri.
Percaya atau tidak, aura positif ─juga emosi lainnya─ akan menyebar. Semakin keras usaha guru menampilkan aura positif, semakin kuat pancarannya. Murid akan melihat hat itu. Bisa jadi murid akan tertular.

3. Buat perbedaan
Salah satu yang mengundang rasa bosan adalah kegiatan yang monoton, mengerjakan hal sama (dengan cara yang sama pula) secara berulang-ulang.
Cobalah cara-cara baru, temukan hal baru setiap hari. Ini akan menstimulasi kita untuk kreatif. 
Sesuatu yang berbeda akan menimbulkan ketertarikan dan rasa ingin tahu murid. Itu adalah pintu gerbang belajar.

4. Tergorganisasi dan siap mengajar
Kalau guru tidak siap mengajar, lebih baik tidak usah masuk kelas. Selama mengajar, ada interaksi dengan murid. Kalau tidak dalam siap, interaksi itu bisa berbalik mengacaukan tujuan belajar yang ingin dicapai.
Namun, rasanya kok aneh kalau guru tidak masuk kelas. Nah, kalau demikian, tidak ada cara lain selain memastikan diri sudah siap mengajar. Caranya, tentu saja, menyiapkan skenario terbaik, termasuk memastikan daya dukung.  Jangan lupa menyiapkan rencana cadangan sebagai antipasi bila skenario utama tidak bisa dijalankan. Jangan terpaku pada rencana, fleksibel saja.

5. Menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan, penuh kepedulian, dan memberdayakan
Proses belajar di kelas bukan aktivitas individu. Bukan juga kegiatan yang terlepas dari lingkungan sekitarnya.
Jelas, belajar akan lebih efektif  bila lingkungan mendukung. Lingkungan yang mendukung bukan hanya berupa tempat belajar yang aman dan nyaman, juga terkait dengan suasana. Dalam belajar, perlu sekali adanya keamanan dan kenyamanan secara psikologis.  Ini bisa hadir ketika ada empati, hubungan yang memanusiakan, dan saling mendukung.

Kamis, 13 Januari 2022

Perekaman Video di Perangkat Komputer

Perekaman video pada saat rapat kerap digunakan oleh Pendidik dalam kegiatan pembelajaran, terutama pada saat pembelajaran jarak jauh. Merekam saat rapat dapat berguna sebagai:

  • Dokumentasi yang dapat Anda simpan atau jika Anda ingin meninjau rapat tersebut di lain waktu

  • Materi yang dibagikan ke peserta yang tidak dapat hadir pada saat rapat video berlangsung

Untuk melakukan perekaman video saat rapat, bisa dilakukan menggunakan fitur bawaan dari perangkat komputer/laptop yang Anda gunakan. Silakan ikuti panduan sesuai dengan perangkat yang Anda gunakan.

Tutorial Perekaman Video bagi Pengguna Windows

Bagi pengguna komputer/laptop yang menggunakan sistem Windows 10 memiliki program bawaan, yaitu Game Bar yang dapat digunakan untuk merekam layar tanpa menggunakan aplikasi tambahan. Sebelum melakukan perekaman video, pastikan Game Bar pada perangkat Anda sudah aktif. Berikut cara mengaktifkan menu Game Bar:

  • Masuk ke menu Settings dengan menekan menu Windows > Settings

  • Cari dan pilih menu Gaming

  • Pilih menu Game Bar, lalu aktifkan (on) opsi Record game clips, screenshots, and broadcast using Game bar.

Jika sudah aktif, ikuti langkah berikut untuk melakukan perekaman video:

  1. Tekan tombol Windows+G untuk membuka Game Bar

  2. Untuk merekam video, tekan tombol Windows+Alt+R atau klik tombol “Mulai perekaman”. Pastikan mikrofon Anda dalam keadaan aktif

  3. Klik tombol “Hentikan Perekaman” pada bagian kanan atas untuk berhenti merekam

  4. Setelah selesai, akan muncul notifikasi pada layar. Klik notifikasi tersebut dan secara otomatis File Explorer akan membuka lokasi rekaman

Apabila Anda tidak menggunakan Windows 10, maka Anda perlu menggunakan aplikasi/ekstensi perekaman tambahan yang bisa didapatkan pada Chrome Web Store.

 

Tutorial Perekaman Video bagi Pengguna ChromeOS

Bagi pengguna komputer/laptop dengan sistem ChromeOS, Google memberikan fitur perekaman video bawaan untuk semua Chromebook. Fitur ini memungkinkan pengguna mengambil video layar perangkat tanpa aplikasi tambahan atau juga perangkat keras eksternal. Silakan ikuti panduan berikut untuk merekam video bagi pengguna ChromeOS:

  1. Tekan Shift + Ctrl + Tampilkan jendela untuk membuka perekam

  2. Pilih salah satu opsi untuk menyesuaikan berapa banyak layar yang ingin Anda rekam, apakah: 1) rekam layar penuh, 2) rekam sebagian layar, 3) rekam jendela

  3. Tekan tombol Rekam layar di menu bagian bawah saat Anda siap. Alat pengatur waktu hitung mundur akan muncul

  4. Untuk berhenti merekam, klik tombol Berhenti untuk mengakhiri perekaman

Tutorial Perekaman Video bagi Pengguna MacOS

Bagi pengguna komputer/laptop dengan sistem MacOs dapat menggunakan aplikasi QuickTime Player yang sudah tersedia di dalamnya untuk merekam video tanpa menggunakan aplikasi tambahan. Silakan ikuti langkah berikut untuk melakukan perekaman video:

  1. Buka aplikasi QuickTime Player yang tersedia di MacBook Anda

  2. Pilih menu “File” di kiri atas layar dan klik menu “New Screen Recording

  1. Setelah itu, akan muncul kotak menu Screen Recording. Sebelum memulai perekaman, silakan tentukan apakah Anda ingin melakukan perekaman video dengan audio (suara) atau tidak

  2. Untuk dapat merekam gambar sekaligus suara, pilih “Internal Microphone”. Agar suara terekam, Anda tidak dapat menggunakan perangkat tambahan seperti headset/headphone/earphone selama proses perekaman

  3. Klik ikon lingkaran merah untuk merekam

  4. Jika ingin berhenti merekam, klik ikon berhenti (stop) yang ada di bagian atas layar

Setelah itu, aplikasi QuickTime Player akan langsung menyajikan video yang baru saja direkam. Anda akan diberikan dua opsi, yaitu untuk melakukan penyuntingan atau edit serta menyimpannya.

Tutorial Perekaman Menggunakan Ekstensi Google Chrome

Selain menggunakan fitur bawaan dari perangkat komputer/laptop yang Anda gunakan, Anda dapat melakukan perekaman video menggunakan ekstensi yang dipasang pada browser Google Chrome. Salah satu pilihan ekstensi yang banyak digunakan oleh Pendidik dan Tenaga Kependidikan adalah Loom. Ekstensi ini dapat membantu Anda merekam video secara gratis dengan durasi maksimal 45 menit per video.

Silakan ikuti panduan berikut untuk instalasi ekstensi Loom pada browser Google Chrome:

  1. Sebelum melakukan instalasi ekstensi, silakan membuat akun Loom menggunakan Akun Pembelajaran Anda pada laman ini.

a) Klik “Sign up with Google

b) Masuk menggunakan Akun Pembelajaran Anda

c) Setujui terms and conditions yang muncul dengan klik "I Agree"

d) Jawab pertanyaan yang diberikan hingga selesai

2. Setelah selesai membuat akun Loom, verifikasi akun Anda dengan mengisi formulir di sini. Verifikasi dibutuhkan agar akun Anda tercatat sebagai akun Education khusus untuk Pendidik atau Tenaga Kependidikan. Setelah mengisi formulir, tunggu beberapa hari sampai akun Anda dinyatakan terverifikasi. Notifikasi akan diberikan melalui email Anda.

3. Jika akun Anda telah terverifikasi, silakan lakukan instalasi ekstensi Loom pada browser Google Chrome Anda melalui laman ini.

a) Klik tombol “Add to Chrome

b) Akan muncul pop-up window pada layar yang meminta izin pengunduhan, pilih “Add extension” Tunggu hingga pengunduhan selesai. Setelah selesai, browser akan otomatis membuka laman baru

c) Klik ikon puzzle yang ada di kanan atas browser Google Chrome, lalu klik ikon pin agar Anda bisa dengan mudah mengakses ekstensi Loom di lain waktu

d) Akan muncul pop-up window pada layar untuk mengaktifkan kamera dan audio pada saat perekaman

Anda juga bisa menonton video tutorial instalasi di sini.

4. Apabila Anda ingin melakukan perekaman, klik ikon Loom yang berada di kanan atas browser Google Chrome Anda.

a) Terdapat tiga opsi yang dapat Anda pilih saat merekam: merekam layar (screen), camera, atau screen beserta camera

b) Anda juga dapat memilih untuk merekam seluruh layar (Full Desktop) atau satu tab saja (Current Tab)

c) Untuk memulai, klik “Start Recording”. Alat pengatur waktu hitung mundur akan muncul

d) Untuk mengakhiri perekaman, klik ikon centang (✔) pada layar. Browser secara otomatis akan membuka laman baru untuk mengakses hasil rekaman Anda. Simpan tautan tersebut untuk Anda bagikan kepada  lain.



Rabu, 12 Januari 2022

Mata Pelajaran TIK Sesuai Kurikulum Prototipe



Bagaimana posisi mata pelajaran TIK sesuai kurikulum prototipe yang disampaikan oleh Bapak menteri

Yang terhormat rekan guru  Rekan guru TIK, Apakah ada syarat tertentu  agar Mapel TIK (informatika) dapat dimasukkan sebagai Mapel untuk SMP. Apakah harus ada pengusulan dari sekolah atau dinas.

Sekolah mengusulkan di lihat juga dari SDM nya, gurunya harus memiliki pendidikan komputer dan sertifikat pendidik jurusan informatika.

Tunggu saja permen terbaru tentang Pelaksanaan Informatika. Semoga tidak perlu pengajuan dari sekolah. Tunggu juknisnya nanti disosialisasikan ke seluruh dinas pendidikan provinsi, kab/kota dan sekolah bapak/ibu. Saya guru TIK dan sekarang mengajar Informatika. Kebetulan kemarin tergabung sebagai penyusun RPP Informatika MA di KSKK Madrasah Kemenag RI dan alhamdulillah mendapat kesempatan mengikuti kegiatan Review Naskah Akademik dan Penyusunan Rencana Peraturan Menteri tentang Pelaksanaan Informatika bersama Puskurbuk Kemdikbud RI.

apakah diberi jam tersendiri Bu informatika?

ada jam tatap muka untuk mapel Informatika. Kalo SMA/MA strukturnya 3,4,4 utk kelas X,XI dan XII. 

ngajar komputer itu haru s1 komputer ya?

 betul, lebih baik  S1 Informatika

Bagaimana Dengan kami yang memang benar benar sarjana Pendidikan Teknik Informatika. (S.Pd)

apakah mapel Informatika ini khusus sekolah penggerak dengan kurikulum prototipe atau di kurikulum k-13 juga memang ada? Saya bingung diterima PPPK formasi TIK tapi sejauh ini sekolah yg saya pilih tidak mengajarkan mata pelajaran  tersebut.

Untuk mapel informatika di mana sudah 3 tahun yang lalu untuk pembelajaran informatika.

Untuk perwujudan kurikulum yang memerdekakan peserta didik mata pelajaran TIK atau yang sekarang disebut dengan Informatika yang pada k-13 dihapus, justru pada kurikulum prototipe dimunculkan kembali karena kondisi sekarang atau saat ini disini menuntut setiap orang menguasai TIk.



KURIKULUM PROTOTIPE

Perekaman Video di Perangkat Komputer


Di tahun 2022 kementerian pendidikan dan kebudayaan riset dan teknologi (Kemendikbud ristek) meluncurkan kurikulum prototipe. Kurikulum ini bersifat opsional yang bisa dijadikan pilihan bagi sekolah selain kurikulum 2013 (K-13) dan kurikulum darurat pada masa pandemi covid -19.

Kurikulum prototipe yang merupakan salah satu kegiatan kebijakan "merdeka belajar" disebut sebagai penyempurnaan kurikulum sebelumnya. Upaya untuk menjawab tantangan zaman khususnya terkait dengan penguatan literasi dan numerasi.

Berdasarkan hasil PISA tahun 2018, posisi Indonesia masih sangat rendah titik dari 79 negara Indonesia menempati urutan ke-74 dalam kemampuan membaca, matematika dan sains.

Kurikulum prototipe juga sebagai sarana untuk memulihkan pembelajaran pasca pandemik cofid19 karena peserta didik banyak yang mengalami penurunan mutu pembelajaran selama belajar dari rumah (BDR).


PROTOTIPE

Kurikulum prototipe telah dilaksanakan pada kurang lebih 2500 sekolah penggerak di SMK pusat keunggulan (SMK-PK).

Kurikulum prototipe diklaim sebagai kurikulum yang sesuai dengan filosofi pendidikan berpihak pada murid, lebih sederhana, berbasis kompetensi, menguatkan karakter, fokus pada materi esensial, melahirkan pengalaman yang bermakna bagi peserta didik, dan untuk mendukung tercapainya visi pendidikan nasional yaitu terwujudnya profile pelajar Pancasila.

Pada kurikulum prototipe jenjang SD pun direncanakan IPA dan IPS digabung menjadi kipas kemudian pada jenjang SMA peserta didik diberikan keleluasaan untuk memilih mata pelajaran sesuai dengan minat dan pilihan karirnya pada masa depan.

Inilah mungkin sebagai perwujudan kurikulum yang memerdekakan peserta didik mata pelajaran TIK yang pada k-13 dihapus, Justru pada kurikulum prototipe di munculkan kembali karena kondisi saat ini  menuntut setiap orang menguasai TIk.

Kurikulum prototipe menghadirkan fleksibilitas bagi sekolah untuk mengatur jadwal pelajaran. alokasi jam pelajaran yang biasanya ditetapkan perminggu pada kurikulum prototipe diatur menjadi 1 tahun pelajaran.

Pro dan kontra pun muncul terkait kurikulum prototipe ini titik pihak yang kontra terhadap kurikulum prototipe mempertanyakan terkait urgensi munculnya kurikulum ini karena k-13 baru berapa tahun di implementasikan. bahkan banyak yang belum benar-benar paham terkait implementasi k-13 mudah mau diganti lagi.

pihak yang pro pendapat, penggantian kurikulum bukan hal tak tabu. Kurikulum pendidikan harus mampu mengikuti dinamika dan perkembangan zaman.

Perubahan kurikulum perlu dilakukan untuk mengejar ketinggalan mutu pendidikan di Indonesia.  faktanya kurikulum hampir selalu tertinggal oleh perkembangan zaman.

Misalnya, saat peserta didik SMA atau SMK jurusan mesin kendaraan masih belajar dan praktek servis mesin kendaraan yang menggunakan karburator industri kendaraan telah mengeluarkan kendaraan yang menggunakan injection. Oleh karena itu, terjadi kesenjangan antara kompetensi lulusan dengan kebutuhan tenaga kerja di lapangan.

Hal ini yang melatarbelakangi kelahirannya kurikulum prototipe. peserta didik perlu dibekali dengan kompetensi yang menjadi bekal di masa depan.

Pada pembelajaran peserta didik lebih diarahkan untuk melakukan project menyikapi menemukan pembelajaran berbasis masalah secara kontraktual, pengembangan kemampuan berpikir kritis dan mengasah kemampuan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills hots).  

Fase umum untuk kelas XI dan XII SMA. Pada akhir fase peserta didik memiliki kemampuan berbahasa untuk berkomunikasi dan benar sesuai dengan tujuan kontents sosial, akademia, dan dunia kerja peserta didik mampumemahami mengolah menginterpretasi dan mengevaluasi di berbagai type text tentang topik yang beragam peserta didik mampu mengkreasi gagasan dan pendapat untuk berbagi tujuan. Peserta didik mampu berpartisipasi aktif dalam kegiatan berbahasa yang melibatkan banyak orang. Peserta didik mampu menulis Berbagi teks untuk merefleksi dan mengaktualisasi diri untuk selalu berkarya dengan mengutamakan penggunaan bahasa Indonesia di berbagai media untuk memajukan perabadan bangsa.

Perubahan kurikulum pada dasarnya hal yang lumrah dilakukan namun perlu didasarkan pada hasil evaluasi dan melibatkan berbagai pemangku kepentingan.  berbagai masukan termasuk dari pihak yang kritisi atau kontra perlu dijadikan bahan pertimbangan agar implementasi kurikulum prototipe tersebut dalam melaksanakan optimal.

MINDSET GURU

Apapun kurikulumnya kuncinya ada pada guru. Perubahan kurikulum perlu sejalan dengan perubahan mindset guru. Perlu dibangun pada pikir pertumbuhan di kalangan guru.

Embrio pelaksanaan kurikulum prototipe sudah ada pada program guru penggerak dan sekolah penggerak pada guru penggerak di latih selama 9 bulan diharapkan bisa menjadi agen agen perubahan atau guru-guru yang memiliki pola berpikir pertumbuhan (growth mindset) dan mampu melaksanakan pembelajaran yang berpihak pada peserta didik.

Begitupun guru-guru yang mengajar di sekolah penggerak diberikan intervensi agar memiliki ground menset dalam melaksanakan pembelajaran. karena salah satu ini di kantor keberhasilan sekolah penggerak, jika guru melaksanakan pembelajaran dengan paradigma baru.

Pandemi covid-19 yang telah berlangsung sejak awal Maret 2020 telah mendorong guru-guru untuk keluar dari zona nyaman. Mereka pada akhirnya terpaksa atau dipaksa untuk mengikuti TIK sebagai secara penunjang pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang secara daring.

Banyak guru kreatif lahir pada masa pandemi. hal ini bisa menjadi modal penting dalam mendukung implementasi pembelajaran pasca pandemik termasuk jika sekolah lahirnya memiliki penerapan kurikulum prototipe.

Pemerintah perlu melakukan sosialisasi kurikulum prototipe kepada para guru. tujuannya, untuk memberikan pemahaman agar mereka tidak kebingungan dalam mengimplementasikannya. Kemudian perlu dilakukan pelatihan dan pendampingan kepada mereka

Mari pelajari dengan saksama konsep dan implementasi dari kurikulum protektif tersebut minimal belajar dari implementasi pada sekolah penggerak. 

Pemerintah dan evaluasi pun tentunya diperlukan jika masih terdapat kekurangan, saran dan masukan yang konstruktif dari berbagai pihak terkait tentunya akan menjadi hal yang sangat berguna untuk kurikulum prototipe tersebut.

Sumber ;workshop Sosialisasi kurikulum paradigma Baru  SMAN 1  Rancaekek

Senin, 10 Januari 2022

IMPLEMENTASI BLENDED LEARNING UNTUK MENGATASI LEARNING LOSS


Penyebab
  • Pembelajaran daring dapat membuat peserta  didik lebih mudah terganggu oleh hal lain.
  • Jenis soal yang dapat membuat “celah” bagi peserta didik mengalami learning loss.
CIRI - CIRI
  •  Ketidakhadiran di kelas
  •  Nilai yang semakin menurun
  • Lalai dalam mengerjakan tugas
  • Hasil antara tugas dan Penilaian Harian yang jauh berbeda
CARA MENGATASI
  • Ciptakan situasi kelas yang tidak membosankan
  • Libatkan setiap peserta didik dalam kegiatan pembelajaran
  • Buat tugas yang tidak terlalu banyak dan usahakan selesai ketika kegiatan pembelajaran berlangsung
  • Usahakan agar tugas/penilaian harian dapat melibatkan daya kreatif dari peserta didik.
  • Selalu sempatkan untuk review materi di awal pertemuan sekitar 5 – 10 menit
  • Buatlah permainan yang sifatnya ada reward dan punishment.
CONTOH
  • Membuat soal penilaian harian untuk awal pertemuan (jumlah soal sekitar 12-15 soal)
  • Contoh permainan yang dapat dilakukan seperti Pancasila ada 5, tebak kartu. Bagi yang kalah maka harus mengerjakan 1 soal yang berkaitan dengan materi yang dibahas, apabila menang maka dapat memberikan pertanyaan bagi guru sesuai dengan materi yang sedang dibahas.
  • Penugasan/assessment misalkan membuat project untuk mata pelajaran IPA, podcast untuk mata pelajaran IPS/PPKn dan sebagainya.

TELL ME AND I FORGET, TEACH ME AND I REMEMBER, INVOLVE ME AND I LEARN

Pendidik adalah seseorang yang memiliki panggilan untuk berbagi ilmu, yang mana dalam jiwa setiap pendidik pastinya senang untuk bermain.

Gabungan dari keduanya akan menghasilkan sistem pembelajaran yang menarik dan menumbuhkan minat belajar yang tinggi pada peserta didik.

Sabtu, 08 Januari 2022

Tiga Konteks Hubungan Kurikulum Prototipe dan Pancasila di Tengah Era Metaverse

Tiga Konteks Hubungan Kurikulum Prototipe dan Pancasila di Tengah Era Metaverse




Upaya sinkronisasi antara kurikulum prototipe dan nilai-nilai Pancasila dan nilai-nilai budaya merupakan peluang yang bisa mengembalikan generasi milenial ini pada rasa cinta akan peradaban bangsa yang sesungguhnya.

Indonesia saat ini berada dalam tampak perubahan yang semakin diperhitungkan dunia.

Kesanggupan Indonesia mengatasi krisis covid19 hampir berbanding lurus dengan kesanggupan bangsa ini keluar dari ancaman krisis ekonomi sebagai akibat dari terpaan tanpa ampun dari pandemi. Meskipun demikian, Indonesia punya banyak tantangan bukan hanya secara global sebagai tantangan bersama seperti krisis covid19 ini, tetapi tantangan lainnya tidak kalah penting untuk ditelisik seperti bagaimana menawarkan kurikulum baru yang kekinian.

Satu tantangan yang diangkat dalam tulisan ini adalah terkait kurikulum prototipe di tengah era Metaverse iniApakah kurikulum prototipe bisa menjadi jawaban dari kerinduan bangsa ini agar generasi milinial bisa menjadi generasi yang mencintai negeri ini dengan wawasan kebinekaannya di satu sisi dan membentuk anak-anakIndonesia hidup dalam keseimbangan antara mencerna dunia nyata dan dunia digital pada sisi lainnya. Oleh karena itu, 3 konteks kemungkinan hubungan gagasan terkait kurikulum prototipe di era metaverse dan Pancasila. Beberapa kemungkinan hubungan itu antara lain:

Kurikulum prototipe sebagai rujukan untuk kembali kepada Pancasila

Saat ini entah apa saja nama dari kurikulum itu yang paling penting adalah isinya. Prototipe sebenarnya istilah yang muncul dalam kebudayaan Yunani kuno yang disebut Prototyping, dalam bahasa Yunani tua dimengerti sebagai pendidikan pertama (Erste Bildung), pola dasar (Urbild), original atau yang Istilah prototipe tidak hanya dikenal dalam dunia pendidikan, tetapi juga dalam dunia teknik yang dimengerti sebagai contoh desain atau juga salinan lanjutan dari produksi seri  atau juga semacam pengembangan perangkat lunak.

Dalam arti seperti itulah, prototipe sebagai nama dari kurikulum kita saat ini sebenarnya mengandung pemahaman yang terhubung kepada pola dasar negara kita. Sebelum prototipe dihubungkan dengan konteks Indonesia saat iniistilah prototipe sudah mengarahkan kurikulum kita kepada Pancasila sebagai dasar negara kita.

Pertanyaan yang relevan tentunya adalah mengapa hubungan antara kurikulum prototipe dan Pancasila itu penting? Hubungan antara kurikulum prototipe dan Pancasila itu penting karena beberapa alasan ini:

Konteks bangsa saat ini yang diwarnai dengan gerakan anti Pancasila

Pancasila adalah dasar negara Republik Indonesia. Meskipun demikian suara-suara yang punya keinginan untuk menggantikan ideologi Pancasila dengan ideologi lainnya tak jarang bisa terdengar melalui konten-konten pribadi masyarakat Indonesia. Konten yang anti pemerintah dan Pancasila bermunculan dari generasi milenial, meskipun belum semua terpublikasikan, tapi sekurang-kurang ada dan mulai bermunculan.

Tidak hanya itu, muncul beraneka konten yang memprovokasi dan merusakan nilai Ketuhanan yang Maha Esa dalam Sila Pancasila dengan mengklaim agama orang lain sebagai yang tidak benar dan lain sebagainya.

Gerakan anti Pancasila bisa saja belum terlihat jelas, namun seluk beluk dan kecenderungan-kecenderungan seperti kampanye ujaran kebencian pada pemerintah dan instansi negara semakin terasa gemanya.

Apakah dengan keadaan seperti itu, dianggap wajar dan normal? Tentu tidak. Kurikulum prototipe yang mengembalikan wawasan dan pemahaman 

anak bangsa kepada nilai-nilai dasar yang menopang kehidupan bangsa yang beraneka ragam sudah seharusnya direalisasikan.

Upaya mengembalikan kesadaran dan rasa cinta kepada Pancasila mesti menjadi target sejak dini atau sejak dari dasar. Upaya preventif dan solutif itu 

tidak akan mengecewakan bangsa ini, jika generasi milenial ini hidup di bawah pengaruh nilai-nilai Pancasila.

Konteks bangsa yang diwarnai dengan kebebasan mengungkapkan pendapat tanpa diimbangi dengan nilai-nilai yang menjunjung tinggi kemanusiaan

Kebebasan mengungkapkan pendapat dan berkreasi bagi anak bangsa saat ini sudah mencapai puncaknya. Aneka konten, tulisan, dan bentuk pengajarantanpa punya standarisasi yang jelas dibiarkan begitu bebas. Risiko menjadi begitu nyata di depan mata, semua yang salah diterima, yang anti sesama pun diterima dan dipakaiTerasa saat ini tokoh agama saling memerangi tokoh agama melalui pencerahan yang masif dirasakan. Namun, tetap saja semua pemandangan itu tidak elok untuk generasi muda, seakan-akan ada musuh di dalam selimutOleh karena konteks seperti itu, maka kurikulum prototipe sebagai satu alternatif kurikulum yang memberikan ruang kepada pendidikan nilai-nilai dan penguatan karakter anak bangsa terasa sangat penting dan mendesak.

Konteks ketidakpastian perjumpaan antara dunia nyata dan dunia digital (Metaverse)

Dunia kehidupan manusia saat ini di mana saja berhadapan dengan dunia berdimensi ganda, dimensi yang nyata di satu sisi dan dimensi dari dunia digital pada sisi lainnya.  Dunia dengan dimensi ganda ini merujuk pada dua kata yang penting yakni perjumpaan (Begegnung) dan keseimbangan (Balancieren). 

Perjumpaan antara dunia nyata dan dunia digital bisa saja terjadi tanpa ada keseimbangan. Bisa saja orang lebih menyukai dunia digital daripada dunia nyata.

Meskipun demikian, sebagian orang masih cukup sering mengatakan bahwa, "dunia digital itu masih jauh dari hidup saya." Ada begitu banyak orang yang semakin curiga dengan kehadiran wajah dunia digital.

Dunia digital dianggap sebagai dunia promosi diri, dunia yang tidak mengindahkan privasi, dunia yang telanjang dan dunia yang vulgar. Tapi juga tidak sedikit orang yang memilih hidup realistis, mendarat tanpa banyak tersentuh pengaruh digitalisasi.

Tapi ada juga yang mulai ragu-ragu karena menyadari ketertinggalan dirinya sebagai akibat minimnya kemampuan adaptasi dari ketenangan hidup di tengah dunia tanpa digital dan pemisahan serius darinya.

Ya, dinamika dimensi dunia nyata dan digital sudah pasti tidak bisa dihindari manusia saat ini. Manusia mau tidak mau hidup dalam kontaminasi teknologi komunikasi yang tanpa batas. Dan dunia nyata sungguh tidak bisa dipisahkan dari dunia digital.

Metaverse adalah kenyataan dunia kita saat ini. Kenyataan yang membuka ruang diskursus tentang bagaimana kita hidup di tengah dunia dengan konteks perjumpaan antara yang nyata dan digital ini

Saya yakin bahwa perjumpaan dunia nyata dan digital tidak bisa dihindari dan hal yang penting dalam perjumpaan tak terhindarkan itu adalah orang perlu memikirkan tentang keseimbangan hidup dan keterukuran penyesuaian diri manusia

Keseimbangan dan yang terukur penyesuaian diri manusia itu menandakan ada pijakan nilai yang menjadi dasar atau fondasi hidupnya. Nah, dalam arah pemikiran seperti itulah, terasa bahwa kurikulum prototipe benar-benar hadir tepat waktu mengembalikan generasi milenial Indonesia pada kesadaran dasar kebangsaan ini.

Kalau memang rujukan utama kurikulum prototipe ini adalah membangun kembali kesadaran anak bangsa akan nilai-nilai Pancasila, maka mungkin lebih baik kurikulum prototipe bukan sebagai alternatif  dalam konteks pendidikan di Indonesia, tetapi sebagai suatu gerakan bersama bangsa ini.

Kurikulum prototipe dan rujukan kepada pluralitas budaya Indonesia

Konsep tentang kebangsaan yang berakar pada filosofi budaya dan peradaban bangsa kita sendiri memang terus-menerus perlu dibicarakan. Dan satu hubungan yang perlu dibicarakan dalam kaitan dengan kurikulum prototipe ini adalah kaitannya dengan nilai-nilai kebudayaan.

Bagi saya pemahaman istilah prototipe dari kata aslinya, bisa saja mengacu bukan saja kepada Pancasila, tetapi juga mengacu kepada keragaman budaya di Nusantara ini. Mengapa kok rujukannya terarah juga kepada budaya?

Pluralitas budaya di Indonesia sudah pasti merupakan pluralitas nilai-nilai kehidupan. Oleh karena itu, pendidikan di Indonesia mesti punya orientasi tidak hanya kepada jiwa anak bangsa yang pancasilais, tetapi juga anak bangsa yang berakar pada budayanya sendiri. 

Warisan nilai-nilai budaya di Indonesia tidak akan mempertentangkan kita dengan nilai-nilai Pancasila. Justru sebaliknya, ada sinkronisasi yang dalam antara nilai-nilai budaya dan nilai Pancasila.

Nilai-nilai budaya berakar dalam hati tanpa perlu melalui proses pencerahan pada tingkat wawasan dan intelek. Artinya masyarakat Indonesia sudah terbentuk dari budaya sebagai manusia yang toleran dan bersaudara dengan keberagaman yang ada.

Sementara itu, nilai-nilai Pancasila lebih merupakan nilai yang harus dipelajari secara formal dalam formasi pendidikan sebelum orang memiliki dan menghayatinya. Nah, kolaborasi antara hati dan pikiran manusia pada nilai-nilai kehidupan itu sangat penting sebagai dasar dari pembentukan manusia baru yang hidup di tengah dinamika tegangan dunia nyata dan dunia digital.

"Yang terukur" atau "angemessen" hanya bisa dirasakan kalau orang tahu dampak dari pilihan dan keputusan dalam tegangan antara dunia nyata dan dunia digital. Kemampuan hati dan pikiran anak bangsa ini untuk mencerna setiap retakan dari perjumpaan bebas dunia nyata dan dunia digital sangat menentukan bagaimana adanya sebagai manusia.

Oleh karena itu, nilai-nilai luhur Pancasila dan nilai-nilai budaya bangsa kita perlu menjadi pilihan dan rujukan dalam kurikulum prototipe, agar adanya keseimbangan antara hati dan pikiran, antara yang dipelajari secara formal dan yang diterima secara informal dalam keseharian. 

Keseimbangan nilai-nilai itu akan memengaruhi keseimbangan hidup yang dibentuk oleh karena keseimbangan hati dan pikiran sehingga berdampak pada keseimbangan dalam menghadapi tantangan dunia nyata dan dunia digital (Metaverse).

Demikian ulasan tentang hubungan kurikulum prototipe dan Pancasila di tengah era Metaverse, era perjumpaan antara dunia nyata dan dunia digital. Kurikulum prototipe hendaknya merujuk pada nilai-nilai Pancasila dan nilai-nilai budaya. Rujukan itu bermaksud agar target keseimbangan dan keterukuran hidup di tengah dunia metaverse saat ini tercapai. 

Dinamika perjumpaan dan perubahan terjadi setiap waktu, tapi bagaimana dasar yang menjadi anak bangsa ini tetap seimbang menghadapinya? Orientasi pada dasar negara dan budaya akan menjadi pilihan yang menjanjikan masa depan bangsa ini. Bagaimanapun juga tulisan ini merupakan percikan gagasan pribadi yang cuma menyoroti aspek-aspek tertentu saja. Tentu masih ada banyak hubungan lain yang bisa diulas dalam kaitan dengan kurikulum pilihan anak bangsa saat ini.

 Tiga Konteks Hubungan Kurikulum Prototipe dan Pancasila di Tengah Era Metaverse

Upaya sinkronisasi antara kurikulum prototipe dan nilai-nilai Pancasila dan nilai-nilai budaya merupakan peluang yang bisa mengembalikan generasi milenial ini pada rasa cinta akan peradaban bangsa yang sesungguhnya.

Indonesia saat ini berada dalam tampak perubahan yang semakin diperhitungkan dunia.

Kesanggupan Indonesia mengatasi krisis covid19 hampir berbanding lurus dengan kesanggupan bangsa ini keluar dari ancaman krisis ekonomi sebagai akibat dari terpaan tanpa ampun dari pandemi. Meskipun demikian, Indonesia punya banyak tantangan bukan hanya secara global sebagai tantangan bersama seperti krisis covid19 ini, tetapi tantangan lainnya tidak kalah penting untuk ditelisik seperti bagaimana menawarkan kurikulum baru yang kekinian.

Satu tantangan yang diangkat dalam tulisan ini adalah terkait kurikulum prototipe di tengah era Metaverse iniApakah kurikulum prototipe bisa menjadi jawaban dari kerinduan bangsa ini agar generasi milinial bisa menjadi generasi yang mencintai negeri ini dengan wawasan kebinekaannya di satu sisi dan membentuk anak-anakIndonesia hidup dalam keseimbangan antara mencerna dunia nyata dan dunia digital pada sisi lainnya. Oleh karena itu, 3 konteks kemungkinan hubungan gagasan terkait kurikulum prototipe di era metaverse dan Pancasila. Beberapa kemungkinan hubungan itu antara lain:

Kurikulum prototipe sebagai rujukan untuk kembali kepada Pancasila

Saat ini entah apa saja nama dari kurikulum itu yang paling penting adalah isinya. Prototipe sebenarnya istilah yang muncul dalam kebudayaan Yunani kuno yang disebut Prototyping, dalam bahasa Yunani tua dimengerti sebagai pendidikan pertama (Erste Bildung), pola dasar (Urbild), original atau yang Istilah prototipe tidak hanya dikenal dalam dunia pendidikan, tetapi juga dalam dunia teknik yang dimengerti sebagai contoh desain atau juga salinan lanjutan dari produksi seri  atau juga semacam pengembangan perangkat lunak.

Dalam arti seperti itulah, prototipe sebagai nama dari kurikulum kita saat ini sebenarnya mengandung pemahaman yang terhubung kepada pola dasar negara kita. Sebelum prototipe dihubungkan dengan konteks Indonesia saat iniistilah prototipe sudah mengarahkan kurikulum kita kepada Pancasila sebagai dasar negara kita.
Pertanyaan yang relevan tentunya adalah mengapa hubungan antara kurikulum prototipe dan Pancasila itu penting? 
Hubungan antara kurikulum prototipe dan Pancasila itu penting karena beberapa alasan ini:

Konteks bangsa saat ini yang diwarnai dengan gerakan anti Pancasila

Pancasila adalah dasar negara Republik Indonesia. Meskipun demikian suara-suara yang punya keinginan untuk menggantikan ideologi 

Pancasila dengan ideologi lainnya tak jarang bisa terdengar melalui konten-konten pribadi masyarakat Indonesia. Konten yang anti pemerintah 

dan Pancasila bermunculan dari generasi milenial, meskipun belum semua terpublikasikan, tapi sekurang-kurang ada dan mulai bermunculan.

Tidak hanya itu, muncul beraneka konten yang memprovokasi dan merusakan nilai Ketuhanan yang Maha Esa dalam Sila Pancasila dengan 

mengklaim agama orang lain sebagai yang tidak benar dan lain sebagainya.

Gerakan anti Pancasila bisa saja belum terlihat jelas, namun seluk beluk dan kecenderungan-kecenderungan seperti kampanye ujaran kebencian

pada pemerintah dan instansi negara semakin terasa gemanya.

Apakah dengan keadaan seperti itu, dianggap wajar dan normal? Tentu tidak. Kurikulum prototipe yang mengembalikan wawasan dan pemahaman 

anak bangsa kepada nilai-nilai dasar yang menopang kehidupan bangsa yang beraneka ragam sudah seharusnya direalisasikan.

Upaya mengembalikan kesadaran dan rasa cinta kepada Pancasila mesti menjadi target sejak dini atau sejak dari dasar. Upaya preventif dan solutif itu 

tidak akan mengecewakan bangsa ini, jika generasi milenial ini hidup di bawah pengaruh nilai-nilai Pancasila.

Konteks bangsa yang diwarnai dengan kebebasan mengungkapkan pendapat tanpa diimbangi dengan nilai-nilai yang menjunjung tinggi kemanusiaan

Kebebasan mengungkapkan pendapat dan berkreasi bagi anak bangsa saat ini sudah mencapai puncaknya. Aneka konten, tulisan, dan bentuk pengajarantanpa punya standarisasi yang jelas dibiarkan begitu bebas. Risiko menjadi begitu nyata di depan mata, semua yang salah diterima, yang anti sesama pun

Diterima dan dipakai terasa saat ini tokoh agama saling memerangi tokoh agama melalui pencerahan yang masif dirasakan. Namun, tetap saja semua pemandangan itu tidak 

elok untuk generasi muda, seakan-akan ada musuh di dalam selimutOleh karena konteks seperti itu, maka kurikulum prototipe sebagai satu alternatif kurikulum yang memberikan ruang kepada pendidikan nilai-nilai dan penguatan karakter anak bangsa terasa sangat penting dan mendesak.

Konteks ketidakpastian perjumpaan antara dunia nyata dan dunia digital (Metaverse)

Dunia kehidupan manusia saat ini di mana saja berhadapan dengan dunia berdimensi ganda, dimensi yang nyata di satu sisi dan dimensi dari dunia digital pada sisi lainnya.  Dunia dengan dimensi ganda ini merujuk pada dua kata yang penting yakni perjumpaan (Begegnung) dan keseimbangan (Balancieren). 

Perjumpaan antara dunia nyata dan dunia digital bisa saja terjadi tanpa ada keseimbangan. Bisa saja orang lebih menyukai dunia digital daripada dunia nyata.

Meskipun demikian, sebagian orang masih cukup sering mengatakan bahwa, "dunia digital itu masih jauh dari hidup saya." Ada begitu banyak orang yang semakin curiga dengan kehadiran wajah dunia digital.

Dunia digital dianggap sebagai dunia promosi diri, dunia yang tidak mengindahkan privasi, dunia yang telanjang dan dunia yang vulgar. Tapi juga tidak sedikit orang yang memilih hidup realistis, mendarat tanpa banyak tersentuh pengaruh digitalisasi.

Tapi ada juga yang mulai ragu-ragu karena menyadari ketertinggalan dirinya sebagai akibat minimnya kemampuan adaptasi dari ketenangan hidup di tengah dunia tanpa digital dan pemisahan serius darinya.

Ya, dinamika dimensi dunia nyata dan digital sudah pasti tidak bisa dihindari manusia saat ini. Manusia mau tidak mau hidup dalam kontaminasi teknologi komunikasi yang tanpa batas. Dan dunia nyata sungguh tidak bisa dipisahkan dari dunia digital.

Metaverse adalah kenyataan dunia kita saat ini. Kenyataan yang membuka ruang diskursus tentang bagaimana kita hidup di tengah dunia dengan konteks perjumpaan antara yang nyata dan digital ini

Saya yakin bahwa perjumpaan dunia nyata dan digital tidak bisa dihindari dan hal yang penting dalam perjumpaan tak terhindarkan itu adalah orang perlu memikirkan tentang keseimbangan hidup dan keterukuran penyesuaian diri manusia

Keseimbangan dan yang terukur penyesuaian diri manusia itu menandakan ada pijakan nilai yang menjadi dasar atau fondasi hidupnya. Nah, dalam arah pemikiran seperti itulah, terasa bahwa kurikulum prototipe benar-benar hadir tepat waktu mengembalikan generasi milenial Indonesia pada kesadaran dasar kebangsaan ini.

Kalau memang rujukan utama kurikulum prototipe ini adalah membangun kembali kesadaran anak bangsa akan nilai-nilai Pancasila, maka mungkin lebih baik kurikulum prototipe bukan sebagai alternatif  dalam konteks pendidikan di Indonesia, tetapi sebagai suatu gerakan bersama bangsa ini.

Kurikulum prototipe dan rujukan kepada pluralitas budaya Indonesia

Konsep tentang kebangsaan yang berakar pada filosofi budaya dan peradaban bangsa kita sendiri memang terus-menerus perlu dibicarakan. Dan satu hubungan yang perlu dibicarakan dalam kaitan dengan kurikulum prototipe ini adalah kaitannya dengan nilai-nilai kebudayaan.

Bagi saya pemahaman istilah prototipe dari kata aslinya, bisa saja mengacu bukan saja kepada Pancasila, tetapi juga mengacu kepada keragaman budaya di Nusantara ini. Mengapa kok rujukannya terarah juga kepada budaya?

Pluralitas budaya di Indonesia sudah pasti merupakan pluralitas nilai-nilai kehidupan. Oleh karena itu, pendidikan di Indonesia mesti punya orientasi tidak hanya kepada jiwa anak bangsa yang pancasilais, tetapi juga anak bangsa yang berakar pada budayanya sendiri. 

Warisan nilai-nilai budaya di Indonesia tidak akan mempertentangkan kita dengan nilai-nilai Pancasila. Justru sebaliknya, ada sinkronisasi yang dalam antara nilai-nilai budaya dan nilai Pancasila.

Nilai-nilai budaya berakar dalam hati tanpa perlu melalui proses pencerahan pada tingkat wawasan dan intelek. Artinya masyarakat Indonesia sudah terbentuk dari budaya sebagai manusia yang toleran dan bersaudara dengan keberagaman yang ada.

Sementara itu, nilai-nilai Pancasila lebih merupakan nilai yang harus dipelajari secara formal dalam formasi pendidikan sebelum orang memiliki dan menghayatinya. Nah, kolaborasi antara hati dan pikiran manusia pada nilai-nilai kehidupan itu sangat penting sebagai dasar dari pembentukan manusia baru yang hidup di tengah dinamika tegangan dunia nyata dan dunia digital.

"Yang terukur" atau "angemessen" hanya bisa dirasakan kalau orang tahu dampak dari pilihan dan keputusan dalam tegangan antara dunia nyata dan dunia digital. Kemampuan hati dan pikiran anak bangsa ini untuk mencerna setiap retakan dari perjumpaan bebas dunia nyata dan dunia digital sangat menentukan bagaimana adanya sebagai manusia.

Oleh karena itu, nilai-nilai luhur Pancasila dan nilai-nilai budaya bangsa kita perlu menjadi pilihan dan rujukan dalam kurikulum prototipe, agar adanya keseimbangan antara hati dan pikiran, antara yang dipelajari secara formal dan yang diterima secara informal dalam keseharian. 

Keseimbangan nilai-nilai itu akan memengaruhi keseimbangan hidup yang dibentuk oleh karena keseimbangan hati dan pikiran sehingga berdampak pada keseimbangan dalam menghadapi tantangan dunia nyata dan dunia digital (Metaverse).

Demikian ulasan tentang hubungan kurikulum prototipe dan Pancasila di tengah era Metaverse, era perjumpaan antara dunia nyata dan dunia digital. Kurikulum prototipe hendaknya merujuk pada nilai-nilai Pancasila dan nilai-nilai budaya. Rujukan itu bermaksud agar target keseimbangan dan keterukuran hidup di tengah dunia metaverse saat ini tercapai. 

Dinamika perjumpaan dan perubahan terjadi setiap waktu, tapi bagaimana dasar yang menjadi anak bangsa ini tetap seimbang menghadapinya? Orientasi pada dasar negara dan budaya akan menjadi pilihan yang menjanjikan masa depan bangsa ini. Bagaimanapun juga tulisan ini merupakan percikan gagasan pribadi yang cuma menyoroti aspek-aspek tertentu saja. Tentu masih ada banyak hubungan lain yang bisa diulas dalam kaitan dengan kurikulum pilihan anak bangsa saat ini.

Jumat, 07 Januari 2022

Tiga Konteks Hubungan Kurikulum Prototipe dan Pancasila di Tengah Era Metaverse

  Tiga Konteks Hubungan Kurikulum Prototipe dan Pancasila di Tengah Era Metaverse


Upaya sinkronisasi antara kurikulum prototipe dan nilai-nilai Pancasila dan nilai-nilai budaya merupakan peluang yang bisa mengembalikan generasi milenial ini pada rasa cinta akan peradaban bangsa yang sesungguhnya.


Indonesia saat ini berada dalam tampak perubahan yang semakin diperhitungkan dunia.

Kesanggupan Indonesia mengatasi krisis covid19 hampir berbanding lurus dengan kesanggupan bangsa ini keluar dari ancaman krisis ekonomi sebagai akibat dari terpaan tanpa ampun dari pandemi. Meskipun demikian, Indonesia punya banyak tantangan bukan hanya secara global sebagai tantangan bersama seperti krisis covid19 ini, tetapi tantangan lainnya tidak kalah penting untuk ditelisik seperti bagaimana menawarkan kurikulum baru yang kekinian.

Satu tantangan yang diangkat dalam tulisan ini adalah terkait kurikulum prototipe di tengah era Metaverse iniApakah kurikulum prototipe bisa menjadi jawaban dari kerinduan bangsa ini agar generasi milinial bisa menjadi generasi yang
mencintai negeri ini dengan wawasan kebinekaannya di satu sisi dan membentuk anak-anakIndonesia hidup dalam keseimbangan antara mencerna dunia nyata dan dunia digital pada sisi lainnya. Oleh karena itu, 3 konteks kemungkinan hubungan gagasan terkait kurikulum prototipe di era metaverse dan Pancasila. Beberapa kemungkinan hubungan itu antara lain:

Kurikulum prototipe sebagai rujukan untuk kembali kepada Pancasila

Saat ini entah apa saja nama dari kurikulum itu yang paling penting adalah isinya. Prototipe sebenarnya istilah yang muncul dalam
kebudayaan Yunani kuno yang disebut Prototyping, dalam bahasa Yunani tua dimengerti sebagai pendidikan pertama (Erste Bildung),
pola dasar (Urbild), original atau yang Istilah prototipe tidak hanya dikenal dalam dunia pendidikan, tetapi juga dalam dunia teknik yang
dimengerti sebagai contoh desain atau juga salinan lanjutan dari produksi seri  atau juga semacam pengembangan perangkat lunak.Dalam arti seperti itulah, prototipe sebagai nama dari kurikulum kita saat ini sebenarnya mengandung pemahaman yang terhubung
kepada pola dasar negara kita. Sebelum prototipe dihubungkan dengan konteks Indonesia saat iniistilah prototipe sudah mengarahkan kurikulum kita kepada Pancasila sebagai dasar negara kita.
Pertanyaan yang relevan tentunya adalah mengapa hubungan antara kurikulum prototipe dan Pancasila itu penting? Hubungan antara
kurikulum prototipe dan Pancasila itu penting karena beberapa alasan ini:


  • Konteks bangsa saat ini yang diwarnai dengan gerakan anti Pancasila


Pancasila adalah dasar negara Republik Indonesia. Meskipun demikian suara-suara yang punya keinginan untuk menggantikan ideologi

Pancasila dengan ideologi lainnya tak jarang bisa terdengar melalui konten-konten pribadi masyarakat Indonesia. Konten yang anti pemerintah

dan Pancasila bermunculan dari generasi milenial, meskipun belum semua terpublikasikan, tapi sekurang-kurang ada dan mulai bermunculan.

Tidak hanya itu, muncul beraneka konten yang memprovokasi dan merusakan nilai Ketuhanan yang Maha Esa dalam Sila Pancasila dengan

mengklaim agama orang lain sebagai yang tidak benar dan lain sebagainya.

Gerakan anti Pancasila bisa saja belum terlihat jelas, namun seluk beluk dan kecenderungan-kecenderungan seperti kampanye ujaran kebencian

pada pemerintah dan instansi negara semakin terasa gemanya.

Apakah dengan keadaan seperti itu, dianggap wajar dan normal? Tentu tidak. Kurikulum prototipe yang mengembalikan wawasan dan pemahaman

anak bangsa kepada nilai-nilai dasar yang menopang kehidupan bangsa yang beraneka ragam sudah seharusnya direalisasikan.


Upaya mengembalikan kesadaran dan rasa cinta kepada Pancasila mesti menjadi target sejak dini atau sejak dari dasar. Upaya preventif dan solutif itu

tidak akan mengecewakan bangsa ini, jika generasi milenial ini hidup di bawah pengaruh nilai-nilai Pancasila.


  • Konteks bangsa yang diwarnai dengan kebebasan mengungkapkan pendapat tanpa diimbangi dengan nilai-nilai yang menjunjung tinggi kemanusiaan


Kebebasan mengungkapkan pendapat dan berkreasi bagi anak bangsa saat ini sudah mencapai puncaknya. Aneka konten, tulisan, dan bentuk pengajarantanpa punya standarisasi yang jelas dibiarkan begitu bebas. Risiko menjadi begitu nyata di depan mata, semua yang salah diterima, yang anti sesama pun

diterima dan dipakaiTerasa saat ini tokoh agama saling memerangi tokoh agama melalui pencerahan yang masif dirasakan. Namun, tetap saja semua pemandangan itu tidak

elok untuk generasi muda, seakan-akan ada musuh di dalam selimutOleh karena konteks seperti itu, maka kurikulum prototipe sebagai satu alternatif kurikulum yang memberikan ruang kepada pendidikan nilai-nilai dan penguatan karakter anak bangsa terasa sangat penting dan mendesak.


  • Konteks ketidakpastian perjumpaan antara dunia nyata dan dunia digital (Metaverse)


Dunia kehidupan manusia saat ini di mana saja berhadapan dengan dunia berdimensi ganda, dimensi yang nyata di satu sisi dan dimensi dari dunia digital pada sisi lainnya.  Dunia dengan dimensi ganda ini merujuk pada dua kata yang penting yakni perjumpaan (Begegnung) dan keseimbangan (Balancieren). 


Perjumpaan antara dunia nyata dan dunia digital bisa saja terjadi tanpa ada keseimbangan. Bisa saja orang lebih menyukai dunia digital daripada dunia nyata.


Meskipun demikian, sebagian orang masih cukup sering mengatakan bahwa, "dunia digital itu masih jauh dari hidup saya." Ada begitu banyak orang yang semakin curiga dengan kehadiran wajah dunia digital.


Dunia digital dianggap sebagai dunia promosi diri, dunia yang tidak mengindahkan privasi, dunia yang telanjang dan dunia yang vulgar. Tapi juga tidak sedikit orang yang memilih hidup realistis, mendarat tanpa banyak tersentuh pengaruh digitalisasi.


Tapi ada juga yang mulai ragu-ragu karena menyadari ketertinggalan dirinya sebagai akibat minimnya kemampuan adaptasi dari ketenangan hidup di tengah dunia tanpa digital dan pemisahan serius darinya.


Ya, dinamika dimensi dunia nyata dan digital sudah pasti tidak bisa dihindari manusia saat ini. Manusia mau tidak mau hidup dalam kontaminasi teknologi komunikasi yang tanpa batas. Dan dunia nyata sungguh tidak bisa dipisahkan dari dunia digital.


Metaverse adalah kenyataan dunia kita saat ini. Kenyataan yang membuka ruang diskursus tentang bagaimana kita hidup di tengah dunia dengan konteks perjumpaan antara yang nyata dan digital ini


Saya yakin bahwa perjumpaan dunia nyata dan digital tidak bisa dihindari dan hal yang penting dalam perjumpaan tak terhindarkan itu adalah orang perlu memikirkan tentang keseimbangan hidup dan keterukuran penyesuaian diri manusia


Keseimbangan dan yang terukur penyesuaian diri manusia itu menandakan ada pijakan nilai yang menjadi dasar atau fondasi hidupnya. Nah, dalam arah pemikiran seperti itulah, terasa bahwa kurikulum prototipe benar-benar hadir tepat waktu mengembalikan generasi milenial Indonesia pada kesadaran dasar kebangsaan ini.


Kalau memang rujukan utama kurikulum prototipe ini adalah membangun kembali kesadaran anak bangsa akan nilai-nilai Pancasila, maka mungkin lebih baik kurikulum prototipe bukan sebagai alternatif  dalam konteks pendidikan di Indonesia, tetapi sebagai suatu gerakan bersama bangsa ini.


Kurikulum prototipe dan rujukan kepada pluralitas budaya Indonesia


Konsep tentang kebangsaan yang berakar pada filosofi budaya dan peradaban bangsa kita sendiri memang terus-menerus perlu dibicarakan. Dan satu hubungan yang perlu dibicarakan dalam kaitan dengan kurikulum prototipe ini adalah kaitannya dengan nilai-nilai kebudayaan.


Bagi saya pemahaman istilah prototipe dari kata aslinya, bisa saja mengacu bukan saja kepada Pancasila, tetapi juga mengacu kepada keragaman budaya di Nusantara ini. Mengapa kok rujukannya terarah juga kepada budaya?


Pluralitas budaya di Indonesia sudah pasti merupakan pluralitas nilai-nilai kehidupan. Oleh karena itu, pendidikan di Indonesia mesti punya orientasi tidak hanya kepada jiwa anak bangsa yang pancasilais, tetapi juga anak bangsa yang berakar pada budayanya sendiri. 


Warisan nilai-nilai budaya di Indonesia tidak akan mempertentangkan kita dengan nilai-nilai Pancasila. Justru sebaliknya, ada sinkronisasi yang dalam antara nilai-nilai budaya dan nilai Pancasila.


Nilai-nilai budaya berakar dalam hati tanpa perlu melalui proses pencerahan pada tingkat wawasan dan intelek. Artinya masyarakat Indonesia sudah terbentuk dari budaya sebagai manusia yang toleran dan bersaudara dengan keberagaman yang ada.


Sementara itu, nilai-nilai Pancasila lebih merupakan nilai yang harus dipelajari secara formal dalam formasi pendidikan sebelum orang memiliki dan menghayatinya. Nah, kolaborasi antara hati dan pikiran manusia pada nilai-nilai kehidupan itu sangat penting sebagai dasar dari pembentukan manusia baru yang hidup di tengah dinamika tegangan dunia nyata dan dunia digital.


"Yang terukur" atau "angemessen" hanya bisa dirasakan kalau orang tahu dampak dari pilihan dan keputusan dalam tegangan antara dunia nyata dan dunia digital. Kemampuan hati dan pikiran anak bangsa ini untuk mencerna setiap retakan dari perjumpaan bebas dunia nyata dan dunia digital sangat menentukan bagaimana adanya sebagai manusia.


Oleh karena itu, nilai-nilai luhur Pancasila dan nilai-nilai budaya bangsa kita perlu menjadi pilihan dan rujukan dalam kurikulum prototipe, agar adanya keseimbangan antara hati dan pikiran, antara yang dipelajari secara formal dan yang diterima secara informal dalam keseharian. 


Keseimbangan nilai-nilai itu akan memengaruhi keseimbangan hidup yang dibentuk oleh karena keseimbangan hati dan pikiran sehingga berdampak pada keseimbangan dalam menghadapi tantangan dunia nyata dan dunia digital (Metaverse).


Demikian ulasan tentang hubungan kurikulum prototipe dan Pancasila di tengah era Metaverse, era perjumpaan antara dunia nyata dan dunia digital. Kurikulum prototipe hendaknya merujuk pada nilai-nilai Pancasila dan nilai-nilai budaya. Rujukan itu bermaksud agar target keseimbangan dan keterukuran hidup di tengah dunia metaverse saat ini tercapai. 


Dinamika perjumpaan dan perubahan terjadi setiap waktu, tapi bagaimana dasar yang menjadi anak bangsa ini tetap seimbang menghadapinya? Orientasi pada dasar negara dan budaya akan menjadi pilihan yang menjanjikan masa depan bangsa ini. Bagaimanapun juga tulisan ini merupakan percikan gagasan pribadi yang cuma menyoroti aspek-aspek tertentu saja. Tentu masih ada banyak hubungan lain yang bisa diulas dalam kaitan dengan kurikulum pilihan anak bangsa saat ini.