CARA MENJADI GURU YANG EFEKTIF
Bagaimana rasanya sudah berlelah-lelah mengajar, tapi kurang berdampak? Tidak mungkin kan guru mengajar hanya karena menggugurkan kewajiban; tak peduli berdampak atau tidak?
Dampak sebuah aktivitas itu diusahakan, tidak datang begitu saja. Guru yang ingin berdampak, punya rencana, bukan asal masuk kelas. Tentu saja dampak yang positif. Guru yang memberi dampak positif, itulah guru yang efektif.
Supaya menjadi guru yang efektif, bagaimana caranya?
1. Bersenang-senang mengajar
Mengajar sudah menjadi bagian dari diri setiap guru; aktivitas yang pasti dilakukan selama menjadi guru. Oleh karena mengajar itu melekat pada profesi guru, tidak perlu kan dibuat rumit dan terasa payah? Lebih enak kan kalau dibuat jadi sederhana dan ringan dikerjakan.
Membuat jadi sederhana tidak sama dengan menurunkan kualitas. Bahkan, kalau mau efektif, justru harus mampu membuat lamgkah lebih sederhana. Jangan memperumit masalah yang sederhana.
Hal yang tidak rumit, tidak harus berpayah-payah menjalankannya, bisa mendorong munculnya rasa senang. Kesenangan dalam mengajar biasanya akan diikuti antusiasme. Nah, dengan antusiasme, ide-ide bisa berdatangan. Selain itu, orang yang antusias terlihat lebih menyenangkan. Coba saja menampilkan diri yang loyo, jangan kan orang lain, diri sendiri juga tidak suka melihatnya.
Kalau banyak tugas tambahan bagaimana? Ya nikmati saja. Mengeluh tidak membuat tugas berkurang atau jadi lebih ringan. Lebih baik kerjakan dengan sungguh-sungguh. Cari sesuatu yang menyenangkan dari tugas itu. Pasti ada.
2. Menyebarkan aura positif
Ketika akan masuk kelas, pastikan hati dan pikiran sudah fokus mengajar. Masalah rumah tangga, cicilan rumah, "Layangan Putus" yang belum selesai ditonotn, dan lain-lain tinggalkan dulu. Lupakan untuk sementara waktu. Mengajar berarti menyediakan diri sepenuhnya melayani murid.
Ini berarti guru masuk kelas tanpa membawa masalah sehingga langkahnya ringan, pancaran matanya optimis. Guru membawa aura positif. Nada bicara dan pilihan kata menunjukkan semangat, menampilkan guru yang percaya diri.
Percaya atau tidak, aura positif ─juga emosi lainnya─ akan menyebar. Semakin keras usaha guru menampilkan aura positif, semakin kuat pancarannya. Murid akan melihat hat itu. Bisa jadi murid akan tertular.
3. Buat perbedaan
Salah satu yang mengundang rasa bosan adalah kegiatan yang monoton, mengerjakan hal sama (dengan cara yang sama pula) secara berulang-ulang.
Cobalah cara-cara baru, temukan hal baru setiap hari. Ini akan menstimulasi kita untuk kreatif.
Sesuatu yang berbeda akan menimbulkan ketertarikan dan rasa ingin tahu murid. Itu adalah pintu gerbang belajar.
4. Tergorganisasi dan siap mengajar
Kalau guru tidak siap mengajar, lebih baik tidak usah masuk kelas. Selama mengajar, ada interaksi dengan murid. Kalau tidak dalam siap, interaksi itu bisa berbalik mengacaukan tujuan belajar yang ingin dicapai.
Namun, rasanya kok aneh kalau guru tidak masuk kelas. Nah, kalau demikian, tidak ada cara lain selain memastikan diri sudah siap mengajar. Caranya, tentu saja, menyiapkan skenario terbaik, termasuk memastikan daya dukung. Jangan lupa menyiapkan rencana cadangan sebagai antipasi bila skenario utama tidak bisa dijalankan. Jangan terpaku pada rencana, fleksibel saja.
5. Menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan, penuh kepedulian, dan memberdayakan
Proses belajar di kelas bukan aktivitas individu. Bukan juga kegiatan yang terlepas dari lingkungan sekitarnya.
Jelas, belajar akan lebih efektif bila lingkungan mendukung. Lingkungan yang mendukung bukan hanya berupa tempat belajar yang aman dan nyaman, juga terkait dengan suasana. Dalam belajar, perlu sekali adanya keamanan dan kenyamanan secara psikologis. Ini bisa hadir ketika ada empati, hubungan yang memanusiakan, dan saling mendukung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar