Sabtu, 19 November 2022

Teknik Penilaian dalam Kurikulum Merdeka

Peran penilaian dalam sebuah proses pembelajaran adalah untuk dapat mengetahui perkembangan siswa, apakah sudah sesuai dengan tujuan pembelajaran atau belum. Untuk mengetahui hal itu digunakan  yang sesuai dengan tujuan diadakannya penilaian.

Apakah Anda sudah memahami apa saja teknik penilaian dalam kurikulum merdeka? Jika belum, tepat sekali dalam artikel ini akan dibahas secara gamblang tentang teknik penilaian. Yuk simak selengkapnya.

1. Observasi

Teknik penilaian kurikulum merdeka yang pertama ini merupakan suatu rangkaian penilaian yang dilakukan dengan pengamatan secara sistematis dan berkesinambungan terhadap sikap atau perilaku peserta didik yang muncul selama proses pembelajaran berlangsung.

Penilaian peserta didik yang dilakukan secara berkesinambungan melalui pengamatan perilaku yang diamati secara berkala baik prang guru maupun oleh antar teman.


Peran penilaian dalam sebuah proses pembelajaran adalah untuk dapat mengetahui perkembangan siswa, apakah sudah sesuai dengan tujuan pembelajaran atau belum. Untuk mengetahui hal itu digunakan teknik penilaian kurikulum merdeka yang sesuai dengan tujuan diadakannya penilaian.

Apakah Anda sudah memahami apa saja teknik penilaian dalam kurikulum merdeka? Jika belum, tepat sekali dalam artikel ini akan dibahas secara gamblang tentang teknik penilaian. Yuk simak selengkapnya.

1. Observasi

teknik penilaian kurikulum merdeka  yang pertama ini merupakan suatu rangkaian penilaian yang dilakukan dengan pengamatan secara sistematis dan berkesinambungan terhadap sikap atau perilaku peserta didik yang muncul selama proses pembelajaran berlangsung.

Penilaian peserta didik yang dilakukan secara berkesinambungan melalui pengamatan perilaku yang diamati secara berkala baik prang guru maupun oleh antar teman sebayanya.

Observasi dapat difokuskan untuk semua peserta didik atau per individu. Observasi dapat dilakukan dalam tugas atau aktivitas rutin/harian saat pembelajaran berlangsung.

Biasanya teknik observasi ini digunakan untuk menilai kompetensi sikap dari siswa. Pendidik dapat menggunakan lembar observasi untuk melakukan penilaiannya.

2. Kinerja

Penilaian kinerja (sering disebut juga penilaian otentik) merupakan teknik penilaian multi-dimensional yang dapat dilakukan dengan penilaian tertulis,penilaian perbuatan, dan penugasan.

Penilaian yang menuntut peserta didik untuk mendemonstrasikan dan mengaplikasikan pengetahuannya ke dalam berbagai macam konteks sesuai dengan kriteria yang diinginkan. Asesmen kinerja dapat berupa praktik, menghasilkan produk, melakukan projek, atau membuat potofolio.

Didalam menentukan bentuk penilaian kinerja yang tepat tergantung pada karakteristik materi yang dinilai dan kompetensi yang diharapkan harus dicapai oleh peserta didik.

Dalam teknik penilaian kinerja Keterampilan yang ditunjukkan peserta didik merupakan aspek yang akan dinilai. Penilaian terhadap keterampilan didasarkan pada kualitas kinerja peserta didik dengan target yang telah ditetapkan.

3. Projek

Kegiatan penilaian terhadap suatu tugas meliputi kegiatan perancangan pelaksanaan, dan pelaporan, yang harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu.

Penilaian projek dapat dilakukan secara individu maupun kelompok dengan jumlah siswa yang dapat diatur oleh guru sesuai kebutuhan. Cakupan tugas yang diberikan mulai dari perencanaa, pelaksanaan, dan pelaporan yang dapat dikerjakan pada saat pembelajaran di sekolah maupun diluar sekolah.

Terdapat 4 hal yang perlu menjadi pertimbangan guru dalam melaksanakn penilaian projek yaitu: 

  1. Pengelolaan yaitu kemampuan peserta didik dalam memilih topik, mencari informasi dan mengelola waktu pengumpulan data serta penulisan laporan.
  2. Relevansi yaitu kesesuaian topik, data dan hasilnya dengan mata pelajaran yang ada.
  3. Keaslian produk, bahwa projek yang dilaksanakan siswa harus merupakan hasil karyanya sendiri, dengan mempertimbangkan kontribusi guru, dan pihak lain untuk mendukung projek yang dikerjakan peserta didik.
  4. Inovasi dan kreativitas yaitu projek yang dilakukan peserta didik terdapat unsur baru atau kekinian atau unik dan berbeda dari biasanya. 

4. Tes Tertulis

Tehnik penilaian dan merdekaan belajar selanjutnya yaitu tes tertulis. Tes dengan soal dan jawaban disajikan secara tertulis untuk mengukur atau memperoleh informasi tentang kemampuan peserta didik. Tes tertulis dapat berbentuk esai, pilihan ganda, uraian, atau bentuk- bentuk tes tertulis lainnya.

Penilaian tertulis lebih menekankan pada aspek kognitif siswa, atau lebih untuk mengukur siswa dalam aspek pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.


Untuk dapat menyajikan penilaian dengan tes tertulis guru perlu menyiapkan beberapa hal, diantaranya yaitu:

  • Menentukan tujuan penilaian : untuk mengetahui penguasaan materi pelajaran peserta didik setelah diajarkan, berbeda jenis dan isinya dengan tes yang memiliki tujuan mengetahui kesulitan belajar peserta didik (diagnostic test), penempatan (placement test), atau seleksi.
  • Penyusunan kisi- kisi : berbentuk matriks yang berfungsi sebagai pedoman dalam penulisan soal.
  • Perumusan indikator : Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, kompetensi, mata pelajaran, dan satuan pendidikan.
  • Penulisan soal : Di dalam pembuatan soal, pendidik memilih materi esensial. Pemilihan materi dalam penyusunan kisi-kisi hendaknya memperhatikan 4 (empat) aspek yaitu urgensi, relevansi, kontinuitas, dan keterpakaian

5. Tes Lisan

 Tes lisan merupakan salah satu bagian dari tes penilaian pengetahuan. Tes lisan dapat berupa pertanyaan-pertanyaan, perintah, kuis yang diberikan pendidik secara lisan dan peserta didik merespon pertanyaan tersebut secara lisan. Jawaban tes lisan dapat berupa kata, frase, kalimat maupun paragraf.

4. Tes Tertulis

Teknik  selanjutnya yaitu tes tertulis. Tes dengan soal dan jawaban disajikan secara tertulis untuk mengukur atau memperoleh informasi tentang kemampuan peserta didik. Tes tertulis dapat berbentuk esai, pilihan ganda, uraian, atau bentuk- bentuk tes tertulis lainnya.

Penilaian tertulis lebih menekankan pada aspek kognitif siswa, atau lebih untuk mengukur siswa dalam aspek pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.

Untuk dapat menyajikan penilaian dengan tes tertulis guru perlu menyiapkan beberapa hal, diantaranya yaitu:

  • Menentukan tujuan penilaian : untuk mengetahui penguasaan materi pelajaran peserta didik setelah diajarkan, berbeda jenis dan isinya dengan tes yang memiliki tujuan mengetahui kesulitan belajar peserta didik (diagnostic test), penempatan (placement test), atau seleksi.
  • Penyusunan kisi- kisi : berbentuk matriks yang berfungsi sebagai pedoman dalam penulisan soal.
  • Perumusan indikator : Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, kompetensi, mata pelajaran, dan satuan pendidikan.
  • Penulisan soal : Di dalam pembuatan soal, pendidik memilih materi esensial. Pemilihan materi dalam penyusunan kisi-kisi hendaknya memperhatikan 4 (empat) aspek yaitu urgensi, relevansi, kontinuitas, dan keterpakaian

5. Tes Lisan

 Tes lisan merupakan salah satu bagian dari tes penilaian pengetahuan. Tes lisan dapat berupa pertanyaan-pertanyaan, perintah, kuis yang diberikan pendidik secara lisan dan peserta didik merespon pertanyaan tersebut secara lisan. Jawaban tes lisan dapat berupa kata, frase, kalimat maupun paragraf. 

Tes lisan yakni tes yang pelaksanaannya dilakukan dengan mengadakan tanya jawab secara langsung antara pendidik dan peserta didik.

Pemberian soal/pertanyaan yang menuntut peserta didik menjawab secara lisan, dan dapat diberikan secara klasikal ketika pembelajaran.Penilaian ini sering digunakan pada ujian akhir mata pelajaran agama dan sosial

6. Penugasan

Pemberian tugas kepada peserta didik untuk mengukur pengetahuan dan memfasilitasi peserta didik memperoleh atau meningkatkan pengetahuan.`

Penugasan yang berfungsi untuk penilaian dilakukan setelah proses pembelajaran Sedangkan penugasan sebagai metode penugasan bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan yang diberikan sebelum atau selama proses pembelajaran (assessment for learning). 

Tugas dapat dikerjakan baik secara individu maupun kelompok sesuai karakteristik tugas yang diberikan, yang dilakukan di sekolah, di rumah, dan di luar sekolah. Pada prinsipnya, penilaian melalui pendekatan penugasan adalah menilai hasil (produk).

Dari penugasan tersebut ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam penilaian pengetahuan penugasan: 

  1. perencanaan penugasan, 
  2. pelaksanaan penugasan, 
  3. acuan kualitas tugas, 
  4. instrumen, dan 
  5. hasil penilain penugasan.

Pihak yang memberikan asesmen yaitu dilakukan oleh guru.

Contoh bentuk asesmen sumatif ini bisa berupa rubrik, presentasi, poster, diorama, produk teknologi atau seni, esai, kolase, dan drama.

7. Pihak yang memberikan asesmen yaitu dilakukan oleh guru.

Contoh bentuk asesmen sumatif ini bisa berupa rubrik, presentasi, poster, diorama, produk teknologi atau seni, esai, kolase, dan drama.

Teknik penilaian dan merdekaan belajar   yang terakhir yaitu portofolio. Portofolio merupakan kumpulan dokumen hasil penilaian, penghargaan, dan karya peserta didik dalam bidang tertentu yang mencerminkan perkembangan dalam kurun waktu tertentu.

Langkah- langkah penilaian portofolio, yaitu:

  1. Jelaskan kepada peserta didik maksud penugasan portofolio. 
  2. Jelaskan sampel-sampel portofolio yang dapat digunakan.
  3.  Peserta didik diharuskan mengumpulkan dan mengarsipkan portofolio. 
  4. Cantumkan tanggal pembuatan pada setiap evidence (bukti-bukti hasil belajar)
  5.  Tentukan kriteria penilaian sampel-sampel portofolio. 
  6. Lakukan perbaikan terhadap portofolio yang belum sesuai dengan criteria

Demikian informasi mengenai Teknik Penilaian dalam Kurikulum Merdeka, semoga dapat bermanfaat.



Sabtu, 12 November 2022

perbedaan asesment formatif dan asesment sumatif dalam kurikulum merdeka


Dalam kurikulum merdeka, berdasarkan tujuannya asesmen di bagi menjadi 2 yaitu asesmen formatif dan asesmen sumatif. Asesmen dalam penerapan kurikulum merdeka bertujuan untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik. 

Berikut ini perbedaan asesmen formatif dan asesmen sumatif :

Asesmen Formatif

Asesmen ini memiliki tujuan untuk memantau dan memperbaiki proses pembelajaran, serta mengevaluasi pencapaian tujuan pembelajaran. Biasanya asesmen ini dilaksanakan pada awal pembelajaran dan/atau selama proses pembelajaran berlangsung.

Dengan adanya asesmen ini, dapat mempermudah pendidik untuk mengidentifikasi kebutuhan belajar peserta didik, kesulitan atau hambatan yang dihadapi peserta didik, serta untuk memperoleh informasi perkembangan murid. Kemudian, dari informasi tersebut akan dijadikan umpan balik bagi pendidik maupun peserta didik.

Bagi peserta didik, adanya asesmen ini sangat berguna untuk berefleksi dengan memperhatikan atau memonitori kemajuan belajarnya, tantangan yang dialaminya, serta dapat mengetahui langkah – langkah yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan belajarnya. Dengan begitu ini merupakan salah satu proses belajar yang penting untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat.

Bagi pendidik, asesmen ini juga bermanfaat untuk mempertimbangkan strategi dan model pembelajaran yang digunakan dengan menyesuaikan kebutuhan peserta didik, sera untuk meningkatkan efektivitas dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran. Melalui asesmen ini juga dapat memberikan informasi atau data kebutuhan belajar peserta didik.

Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan agar asesmen ini dapat bermanfaat bagi pendidik dan peserta didik, diantaranya sebgai berikut:

  1. Asesmen ini tidak memiliki risiko yang tinggi (High Stake) karena pada asesmen ini dirancang untuk tujuan pembelajaran dan tidak wajib digunakan untuk menentukan hasil belajar peserta didik, kenaikan kelas, kelulusan, atau keputusan – keputusan penting lainnya.
  2. Dalam penerapannya, asesmen ini dapat menggunakan berbagai model, teknik dan/atau instrumen dalam perancangannya dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas proses belajar
  3. Pelaksanaan asesmen formaif ini dapat dilaksanakan bersamaan dengan proses pembelajaran yang sedang berlangsung sehingga pembelajaran dan asesmen dapat menjadi satu kesatuan.
  4. Pelaksanaan asesmen formatif ini dapat dilakukan dengan cara yang sederhana, sehingga umpan balik hasil asesmen ini dapat diperoleh dengan cepat.
  5. Pelaksanaan asesmen di awal pembelajaran juga dapat memberikan informasi kepada pendidik tentang kesiapan peserta didik untuk belajar. Sehingga pendidik perlu menyesuaikan rencana pembelajaran agar sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
  6. Instrumen asesmen yang digunakan juga dapat memberikan informasi mengenai kekuatan, hal apa yang perlu ditingkatkan atau diperbaiki oleh peserta didik, serta dapat mengungkapkan cara untuk meningkatkan kualitas tulisan, karya, atau performa yang diberi umpan balik.

Asesmen Sumatif

Asesmen sumatif atau penilaian ini bertujuan untuk membandingkan pencapaian hasil belajar  peserta didik dengan kriteria ketercapaian tujuan pembelajaran yang sudah dibuat sebelumnya. Asesmen ini berbentuk laporan pencapaian hasil belajar yang berisi tentang laporan pembelajaran yang ditambahkan dengan data atau informasi mengenai pertumbuhan dan perkembangan peserta didik.

Asesmen ini biasanya dilakukan di akhir pembelajaran misalnya akhir semester, atau akhir tahun ajaran.Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam asesmen ini yaitu pendidik dapat menggunakan Teknik dan instrument yang beragam seperti tes, namun dapat dilakukan dengan observasi dan performa misalnya praktik, melakukan projek, atau membuat portofolio.

Umpan balik dari asesmen ini yaitu laporan hasil akhir pesera didik yang dapat digunkan untuk mengukur tingkat perkembangan peserta didik, dan juga dapat di jadikan panduan oleh pendidik untuk merencanakan aktivitas pada pembelajaran selanjutnya.

Penerapan asesmen pada kurikulum merdeka, pendidik dituntut untuk mengutamakan asesmen formatif. Hal ini dikarenakan untuk memperoleh umpan balik dan mengetahui perkembangan peserta didik. Namun, pendidik juga harus mengingat pentingnya asesmen sumatif karena asesmen ini juga digunakan untuk mengetahui seberapa banyak tujuan pembelajaran yang sudah dicapai.


assessment diagnosa dalam kurikulum merdeka


assessment diagnostik sangat penting dalam implementasi kurikulum merdeka karena sangat dibutuhkan untuk mnegetahui kemampuan dasar dan kondisi awal masing – masing peserta didik. Dengan begitu pendidik akan menciptakan suasana kegiatan pembelajaran yang tepat serta mempersiapkan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik.

Definisi asesmen diagnostik

Menurut Kemendikbud, Asesmen diagnostik yaitu penilaian atau asesmen kurikulum merdeka yang dilakukan secara spesifik dengan tujuan untuk mengidentifikasi atau mengetahui karakteristik, kondisi kompetensi, kekuatan, kelemahan model belajar peserta didik, sehingga pembelajaran dirancang dan disesuaikan dnegan kompetensi dan kodisi peserta didik yang beragam.

Pada dasarnya, asesmen diagnostik ini memiliki tujuan utama yakni untuk mengidentifikasi kemampuan dasar peserta didik dan mengetahui kondisi awal peserta didik. Pendidik akan melaksanakan asesmen diagnostik sesuai kebutuhan dan kebijakan setiap satuan pendidikan, misalnya pada awal tahun ajaran, pada awal lingkup materi, atau sebelum Menyusun modul ajar secara mandiri.

Tahap awal yang harus dilakukan pendidik dalam asesmen diagnostik dengan menganalisis laporan hasil belajar atau sering disebut rapor setiap peserta didik pada tahun ajaran sebelumnya. Setelah itu dapat mengidentifikasi kompetensi yang diajarkan.

Kemudian pendidik juga perlu menyusun instrumen asesmen untuk mengukur kompetensi peserta didik. Penyusunan instrumen asesmen dapat dilihat dari indicator tes tertulis maupun lisan, keterampilan dalam praktik, dan observasi. Dalam penyusunan instrument asesmen juga pendidik diberikan kebebasan untuk menentukan instrumen yang digunakan sesuai dengan karakteristik kompetensi dan tujuan asesmen.

Apabila pendidik diperlukan untuk menggali informasi peserta didik dari beberapa aspek seperti latar belakang keluarga, motivasi, minat, sarana dan prasarana pendukung belajaar, dan aspek lainnya yang disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik dan satuan pendidikan.

Setelah pelaksanaan asesmen diagnostik dilaksanakan, maka selanjutnya dilakukan pengolahan hasil. Hasil diagnostik ini akan menjadi data atau informasi yang akan digunakan untuk membuat rencana pembelajaran sesuai tahapan capain dan karakteristik peserta didik.

Ada 2 jenis asesmen diagnostik yaitu:

1. Asesmen Diagnotik Kognitif

Asesmen ini bertujuan untuk mengidentifikasi kemampuan dasar peserta didik pada topik sebuah mata pelajaran, menyesuaikan pembelajaran di kelas dengan kompetensi rata-rata peserta didik, dan memberikan kelas pelajaran tambahan kepada peserta didik dengan kompetensi di bawah rata-rata.

2. Asesmen Diagnotik Non-Kognitif

Asesmen ini bertujuan untuk mengukur aspek psikologis dan kondisi emosional dari setiap peserta didik sebelum pembelajaran dimulai. Asesmen ini dilakukan dalam rangka menilai aktivitas peserta didik selama belajar di rumah dengan tetap memperhatikan kondisi keluarganya. Biasanya dilakukan di awal pembelajar guna menggali data/informasi kondisi setiap peserta didik.

Pelaksanaan asesmen diagnostik di sekolah telah memberikan banyak hal yang positif, sehingga sekolah dan pendidik dapat menyesuaikan dan merancang metode, model, dan media pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan kompetensi peserta didik. Hal ini akan mendorong pendidik untuk menyampaian materi capaian pembelajaran. Pandangan pendidikan di masa depan yakni dengan menghadirkan pembelajaran yang menyenagkan dan memberikan manfaat untuk mengembangkan skill atau kemampuan, karakter, dan psikomotorik peserta didik. Dengan begitu akan lebih mudah untuk merancang dasar asesmen belajar lebih lanjut.

Dengan melaksanakan asesmen diagnostik dalam kurikulum merdeka di setiap satuan pendidikan atau sekolah merupakan salah satu langkah utama sebelum menerapkan pembelajaran, sehingga pendidik dapat merancang dan menentukan strategi pembelajaran yang tepat dan disesuaikan dengan karakteristik dan kompetensi peserta didik. Dapat juga digunakan sebagai daar dalam memperikan interpretasi dan rancangan tindak lanjut berupa perlakuan (intervensi) untuk melaksanakaan pendidikan yang lebih tinggi lagi.

2 jenis Asesmen pada Pembelajaran Kurikulum Merdeka


Asesmen pada pembelajaran kurikulum merdeka merupakan rangkaian proses pengumpulan dan pengolahan informasi yang bertujuan untuk mengukur pencapaian hasil belajar pada masing-masing peserta didik.
Dengan menerapkan pembelajaran yang sesuai dengan hasil capaian peserta didik merupakan salah satu dorongan semangat dalam merdeka belajar. Hal ini akan disesuaikan dengan tingkat pencapaian dan kemampuan awal peserta didik.

Secara Umum, asesmen yaitu aktivitas yang menjadi satu kesatuan dalam proses pembelajaran, dimana melalui asesmen dilakukan untuk mencari bukti ataupun dasar pertimbangan tentang pencapaian tujuan pembelajaran. Asesemen pada kurikulum merdeka ini memiliki fungsi utama yaitu mengetahui kebutuhan, perkembangan dan pencapaian hasil belajar pada masing-masing peserta didik.

Berdasarkan hal tersebut, terdapat 2 jenis asesmen pada pembelajaran kurikulum merdeka  yaitu sebagai berikut:

1. Asesmen Formatif

Asesmen formatif ini bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik bagi peserta didik maupun pendidik untuk memperbaiki proses pembelajaran. Selain itu, asesmen ini juga mengevaluasi pencapaian yang hendak dicapai dalam tujuan pembelajaran. Pada asesmen ini juga dapat dilakukan identifikasi kebutuhan belajar peserta didik, yang dilihat dari hambatan yang dialami peserta didik, dan juga untuk memperoleh informasi perkembangan peserta didik.

  • Asesmen di awal pembelajaan, dilakukan untuk mengetahui tingkat kesiapan peserta didik untuk mempelajari materi pembelajaran dan mencapai tujuan pembelajaran yang telah direncanakan. Asesmen ini masuk dalam asesmen formatif karena ditujuan kepada guru untuk merancang kebutuhan pembelajaran peserta didik, tidak untuk keperluan penilaian hasil belajar peserta didik.
  • Asesmen di dalam proses pembelajaran, dilaksanakan selama proses pembelajaran untuk mengetahui tingkat perkembangan dan juga untuk memberikan umpan balik yang cepat kepada peserta didik. Asesmen ini biasanya dilakukan sepanjang atau di tengah proses pembelajaran. Bahkan bisa juga dilakukan di akhir pembelajaran.

2. Asesmen Sumatif

Asesmen sumatif yaitu asesmen yang dilakukan untuk memastikan ketercapaian semua tujuan pembelajaran. Biasanya asesmen ini dilakukan pada akhir proses pembelajaran atau juga dapat dilakukan dengan menggabungkan 2 atau lebih tujuan pembelajaran sekaligus, hal ini disesuaikan dengan pertimbangan masing – masing guru dan kebijakan yang ada dalam satuan Pendidikan.

Dalam penilaian capaian hasil belajar peserta didik dapat dilakukan dengan cara memebandingkan pencapaian hasil belajar peserta didik dengan kriteria ketercapaian tujuan pembelajaran. Pendidik juga perlu ditekankan mengenai penilaian ini, pendidik dapat menggunakan teknik dan instrument yang beragam, tidak hanya berupa tes tulis dan lisan saja namun juga dapat menggunakan observasi dan performa peserta didik yang dilihat dari kegiatan praktik, keikutsertaan projek, dan pembuatan portofolio.

Asasmen sumatif memiliki fungsi yaitu sebagai alat ukut untuk mengetahui pencapaian hasil belajar peserta didik dalam satu atau lebih tujuan pembelajaran di akhir periode tertentu, untuk mendapatkan nilai capaian hasil belajar yang akan dibandingkan dengan kriteria capaian yang telah di tentukan, dan untuk menentukan kelanjutan proses pembelajaran peserta didik di kelas atau ke jejang selanjutnya.

Perbedaan asesmen sumatif dengan asesmen formatif yaitu dapat dilihat dari perhitungan penilaian di akhir semester, atau akhir tahun ajaran, dan/atau akhir jenjang.

Dalam menerapkan asesmen dalam pembelajaran kurikulum merdeka. dapat merancang dan melaksanakan pembelajaran dan asesmen yang sesuai arah kebijakan kurikulum merdeka. Selain itu, peran pendidik juga wajib untuk memahami prinsip – prinsip asesmen. Hal ini bertujuan untuk lebih fokus pada kegiatan yang bermakna dan infromasi atau umpan balik dari asesmen mengenai kemampuan peserta didik juga lebih meningkat dan bermanfaat dalam proses perancangan proses pembelajaran selanjutnya.

pentingnya assessment dalam pembelajaran


pentingnya assessment dalam pembelajaran dan umpan balik sangat dibutuhkan dalam menunjang proses belajar siswa. Lebih banyak waktu dapat dihabiskan untuk proses pembelajaran asesmen terkait penjaminan mutu dibandingkan dengan kemungkinan mendukung minat belajar siswa. Hal ini tentu menjadi tantangan bagi guru dan keduanya perlu didamaikan. Artinya asesmen dapat dilaksanakan dengan baik dan hasilnya dapat menunjang perkembangan siswa.


pentingnya assessment dalam pembelajaran diantaranya lantaran berfungsi sebagai bahan untuk menentukan kemampuan dan kesulitan pada saat itu dan mengidentifikasi apa yang benar-benar diperlukan untuk pembelajaran. Berdasarkan hasil asesmen, guru dapat merancang program pembelajaran yang sesuai dengan realitas siswa.

Kegiatan pembelajaran harus mempertimbangkan tiga proses: perencanaan pembelajaran, pelaksanaan, dan evaluasi. Rencana pembelajaran merupakan langkah awal agar penyampaian pembelajaran lebih efektif dan lancar, sehingga kegiatan pembelajaran diikuti dengan asesmen keberhasilan pembelajaran.

Asesmen adalah proses memperoleh informasi dalam beberapa bentuk yang digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan tentang siswa, baik yang berkaitan dengan kurikulum, program studi, iklim sekolah, dan kebijakan sekolah. Hasil asesmen juga menjadi pedoman bagi guru.

Asesmen adalah upaya untuk memperoleh data atau informasi dari proses dan hasil pembelajaran untuk menguji seberapa baik kinerja siswa, kelas, kursus atau program terkait dengan tujuan, kriteria atau prestasi pembelajaran tertentu. Setelah menerima hasil evaluasi, maka dilakukan proses evaluasi.

Grading adalah proses penyematan atribut, dimensi, atau besaran dalam bentuk angka atau huruf pada hasil grading dengan membandingkannya dengan peralatan standar tertentu. Hasil evaluasi berupa atribut, dimensi, kuantitas dijadikan sebagai bahan evaluasi. Evaluasi adalah proses mengasosiasikan status, keputusan, atau peringkat dengan skor dan skor.  

Pentingnya assessment dalam pendidikan

Asesmen dalam pendidikan berfungsi sebagai bahan untuk menentukan kemampuan dan kesulitan pada saat itu dan mengidentifikasi apa yang benar-benar diperlukan untuk pembelajaran. Berdasarkan hasil asesmen, guru dapat merancang program pembelajaran yang sesuai dengan realitas siswa.

Guru harus mampu merancang asesmen yang baik agar dapat mengukur dengan jelas kemajuan siswa dan sebagai sarana untuk melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan. 

Manfaat asesmen

assessment dalam pembelajaran karena  memberikan berbabai manfaat yang tidak hanya dirasakan oleh siswa, tetapi juga memudahkan guru untuk melihat tingkat dan keberhasilan kegiatan belajar mengajar yang diselesaikan dalam waktu tertentu. Setidaknya ada dua fungsi evaluasi yang harus Anda ketahui, fungsi format dan fungsi sumatif.

Ada berbagai teknik asesmen yang dapat digunakan Guru di dalam kelas, teknik pengujian kertas dan pensil, kinerja siswa dalam menyelesaikan pekerjaan rumah, pekerjaan rumah di laboratorium dan juga aktivitas siswa selama proses asesmen pembelajaran. Semua informasi yang diterima Guru dari asesmen kemudian akan dianalisis untuk kepentingan laporan kemajuan siswa.

Asesmen juga dapat meningkatkan efektivitas kegiatan belajar mengajar dan meningkatkan pemahaman siswa dari waktu ke waktu. Perencanaan asesmen yang baik juga menciptakan lingkungan kelas yang baik.

Idealnya, guru harus memiliki tujuan yang mendukung pembelajaran aktif, daripada hanya berfokus pada asesmen pembelajaran tanpa menetapkan aturan bagi siswa untuk menangani asesmen atau asesmen mereka sendiri. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang evaluasi, Anda juga perlu mengetahui fungsi dan tujuannya.

Kegiatan asesmen selalu didefinisikan dengan tiga istilah, yaitu mengukur, mengevaluasi dan memeriksa. Apakah ketiganya memiliki tujuan yang berbeda dalam proses evaluasi. Tes adalah alat asesmen atau metode yang telah dirancang untuk memenuhi tujuan yang telah ditetapkan.

Sedangkan pengukuran adalah proses pemberian angka atau usaha untuk mendapatkan gambaran numerik sejauh mana seorang siswa telah mencapai karakteristik tertentu. Hasil evaluasi dapat berupa nilai kualitatif dan kuantitatif. Dan evaluasi adalah proses penentuan kualitas hasil pengukuran dengan membandingkan hasil pengukuran dengan beberapa kriteria.

Macam-Macam Asesmen dalam Pembelajaran Kurikulum Merdeka


Dalam pembelajaran kurikulum merdeka diantaranya meliputi asesmen diagnostik, asesmen formatif, dan asesmen sumatif. Asesmen kurikulum merdeka memiliki satu fungsi utama, yaitu untuk mengetahui kebutuhan, perkembangan, dan pencapaian belajar siswa. Berdasarkan fungsinya, penilaian dibagi menjadi tiga, yaitu penilaian belajar, penilaian belajar, dan penilaian belajar.

Selama ini praktik penilaian cenderung terfokus pada penilaian sumatif yang menjadi dasar penyelesaian laporan hasil belajar. Hasil penilaian tidak digunakan sebagai umpan balik untuk meningkatkan pembelajaran.

Dalam paradigma pembelajaran barupa kurikulum merdeka, pendidik diharapkan lebih fokus pada penilaian formatif dari pada meringkas, dan menggunakan hasil penilaian formatif untuk perbaikan proses yang berkelanjutan.

Assissment dalam pembelajaran kurikulum merdeka 

Macam-macam assessmen dalam kurikulum merdeka yang terdiri dari asesmen diagnotik, formatif, dan sumatif, berikut penjelasan lebih lanjut terkait Macam-macam assessmen tersebut:

1. Asesmen diagnostik

Penilaian diagnostik adalah penilaian yang dilakukan secara khusus untuk mengidentifikasi keterampilan, kekuatan, dan kelemahan siswa, sehingga pembelajaran dapat disesuaikan berdasarkan keterampilan dan kondisi siswa.

Penilaian diagnostik adalah upaya untuk mengumpulkan informasi tentang kondisi siswa dari aspek kognitif dan non-kognitif yang relevan untuk mempersiapkan siswa untuk mata pelajaran berikutnya. Penilaian diagnostik kognitif adalah penilaian diagnostik yang dapat dilakukan secara berkala, dimulai ketika guru akan memperkenalkan topik pembelajaran baru, berakhir ketika guru selesai menjelaskan dan membahas suatu topik, mata pelajaran, dan pada waktu lain selama semester.

Penilaian diagnostik kognitif bertujuan untuk mengetahui pencapaian kemampuan siswa, menyesuaikan pembelajaran dengan kemampuan rata-rata, mengoreksi subkelompok siswa. Penilaian ini secara cepat memetakan kemampuan seluruh siswa di kelas, untuk mengidentifikasi siswa yang paham, siswa yang paham sedikit, dan siswa yang tidak. Dengan demikian, guru dapat menyesuaikan materi pembelajaran dengan kemampuan siswa.

Berbeda dengan penilaian diagnostik kognitif, penilaian diagnostik nonkognitif bertujuan untuk mengetahui status psikososial dan emosional siswa, aktivitas belajar di rumah, dan kondisi keluarga. Keberagaman kondisi sosial ekonomi, akses teknologi, dan kondisi daerah sangat bervariasi dalam pembelajaran dan keterampilan siswa.